Bank Dunia Jamin RI Tak Resesi, Ekonomi 2023 Bisa Tumbuh 4,9%

World Bank atau Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2023 akan melambat menjadi 4,9%, dari 5,3% tahun lalu. Secara umum, pertumbuhan ekonomi negara akan berada di kisaran yang sama dalam jangka menengah.

Ini terjadi seiring kembali normalnya permintaan dalam negeri setelah mengalami lonjakan pasca-pandemi tahun lalu. Serta melambatnya perekonomian global seperti yang telah diperkirakan sebelumnya.

Bank Dunia mengatakan bahwa pertumbuhan akan didukung oleh konsumsi swasta seiring berkurangnya tekanan inflasi. Sementara pertumbuhan ekspor juga akan mengalami penurunan bersama dengan melemahnya harga-harga komoditas pada saat permintaan global melemah.

Posisi kebijakan fiskal Indonesia mulai kembali normal, merefleksikan konsolidasi fiskal yang terjadi lebih cepat dari yang diharapkan. Hal ini didasari oleh meningkatnya pendapatan secara umum dan disiplin belanja publik. Penerapan reformasi perpajakan seta peningkatan kualitas belanja publik, termasuk di dalamnya investasi publik dan program-program yang mendukung pertumbuhan, terus menjadi kunci pendukung perekonomian di masa mendatang.

“Di tengah ketidakpastian global, Indonesia mengalami peningkatan yang terus menerus di banyak bidang yang penting bag pertumbuhan jangka panjangnya, terutama stabilitas makroekonomi, tata kelola sektor publik maupun infrastruktur. Berbagai peningkatan tersebut berhasil membantu menanggulangi kemiskinan ekstrem di negara ini,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen di Indonesia Economic Prospects – June 2023, Jakarta, Senin (26/6/2023).

Sementara pertumbuhan ekonomi terus stabil, Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan produktivitas seperti yang dialami oleh Pasar Berkembang dan Ekonomi Berkembang (Emerging Market and Developing Economies). Potensi pertumbuhan yang merupakan suatu ukuran kinerja perekonomian sat beroperasi pada kapasitas penuh, tampak melambat akibat berkurangnya input dari tenaga kerja, kendala pada pembentukan modal manusia, dan melambatnya pertumbuhan produktivitas.

Laporan ini juga menguraikan beberapa temuan dari studi Bank Dunia tentang hasil pembelajaran terkait penutupan sekolah selama masa pandemi COVID-19 dan mengusulkan langkah-langkah untuk meningkatkan hasil-hasil pendidikan.

Terlepas dari upaya penerapan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi, penyelenggaraan layanan menghadapi berbagai kendala. Para siswa yang disurvei dalam studi in menunjukkan penurunan keterampilan di bidang matematika dan bahasa, di mana siswa yang berasal dari rumah tangga berpenghasilan lebih rendah mengalami dampak terparah. Studi ini mencatat berbagai prakarsa Pemerintah untuk mengatasi pemulihan pembelajaran, termasuk melalui kebijakan Merdeka Belajar.

“Penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar sebagaimana biasanya (business as usual) tidak secara otomatis memperbaiki penurunan kemampuan pembelajaran yang diakibatkan oleh pandemi, atau mengatasi ketidaksetaraan akses pada pendidikan dan hasil pembelajaran bermutu, terutama bagi para siswa kurang mampu,” kata Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Habib Rab.

“Suatu komitmen terhadap pemulihan hasil belajar yang meliputi alokasi sumber daya serta pelibatan para pemangku kepentingan menjadi penting. Juga sama pentingnya untuk menambah waktu belajar, menantang siswa secara akademis, serta memantau peningkatan kinerja belajar siswa.”

Mendukung siswa mengejar ketertinggalan mereka tidak hanya penting untuk memaksimalkan pendapatan mereka di masa depan, tapi juga dapat memainkan peran penting dalam mendorong Indonesia mencapai potensi produktivitas ekonominya secara penuh dan mewujudkan tujuannya menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.

sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230626133657-4-449313/bank-dunia-jamin-ri-tak-resesi-ekonomi-2023-bisa-tumbuh-49